Istri Baru Gede


“ Wow ! Aku masih cantik ! Hari ini kau lahir kembali Anita ! Selamat tinggal si imut rambut kepang dua. Selamat tinggal bando tweety kesayangan, bye..byee.. ”.

     Anita, mahasiswi yang baru setahun kuliah itu tersenyum bangga. Ia mendapati bayangannya dalam cermin begitu memukau. Jilbab biru mungil itu melingkari lehernya dengan tepat. Dipadu dengan blus biru muda panjang dan celana jeans yang senada dengan warna jilbabnya ! Ia bukan lagi gadis korban mode ala amrik. Meski tumpukan majalah Gadis, Aneka, plus koleksi album penyanyi favotitnya semacam Mariah Carey dan Bryan Adam, masih rapi memenuhi rak bukunya.

     Beberapa saat berlalu, Anita masih tersenyum-senyum di depan cermin. Siang ini ia akan lolos dari kejarah Ipunk . Dia pasti terkecoh dengan penampilan baru Anita. Biasanya, temen satu jurusannya itu paling rajin menarik-narik kepang rambut Anita. Alasan Ipunk simpel, dia inget kegagahan Zorro saat menarik tali kudanya !

     Anita juga membayangkan bagaimana reaksi Mbak Hana saat ketemu dengannya nanti. Mbak Hana pasti akan tersenyum puas, pikir Anita. Dia yang selama ini rajin memprovokasi Anita untuk memakai jilbab.

     “ Tapi Mbak, Rambut indah Anita nanti gimana ? sayangkan kalo ditutup begitu aja. Udah susah-susah kita ngerawatnya …? “, kilah Anita suat ketika. Saat Mbak Hana memberi nasehat untuk menutupi rambutnya.
     “ Lha justru itu yang harus ditutup dek.. rambut kan termasuk aurat wanita “

     “ Aurat apaan sih kak ? kenapa harus di jaga ? “
     “ Aurat tuh yang paling suka bikin mata para cowok pada mlotot ! dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kecuali telapak tangan dan wajah !. Aurat itu milik kita yang berharga, masak kita obral begitu aja di jalanan.“
     “ Oooo….kalo aurat , kita umpetin buat siapa Mbak ? “
     “ Jelas buat suami Anita nanti ! Ngerti kan adikku sayang ? Anita kebayang gak kalau suami Anita nanti, misalnya, dia suka melototin aurat wanita ?? Nah, kita pasti gak seneng kan. Makanya sebagai wanita kita juga musti tutup aurat, supaya nggak banyak calon-calon suami kita yang jelalatan matanya nanti “
     “ Oo..begitu ya mbak, Anita jelas pengin suami Anita nanti yang suka nunduk-nunduk kalo jalan, yang matanya nggak jelalatan, persis Bang Heru, abang kandungku tercinta ! “


     Anita akhirnya menyerah juga. Apalagi saat Heru, abang kandungnya yang juga aktivis masjid di kampus, menghadiahi Anita selembar jilbab yang mungil. Anita memang masih belepotan kalau harus pakai jilbab yang lebar.
     Mata Anita masih berbinar lebar saat Heru masuk ke kamarnya. Abangnya menyapa dengan haru .
     “ Waw.. Subhanaallah, bidadari kecilku sekarang begitu bersahaja…apalagi kalau celana jeansnya di ganti rok panjang yang dikasih Mbak Hana kemariin..” Heru menggoda adik satu-satunya itu.
     “ Ah, Bang Heru.. ada saatnya deh Nita pake Rok panjang, atau jubah sekalian kayak Mbak Hana. Sekarang Nita mau enjoy dulu pake jilbab dan celana jeans kayak gini.
Sayang kan kalau jeans ini diobral begitu aja, apalagi yang ini kan belum lama Nita belinya..
Gak papa toh Kak ? “, timpal Nita manja.

     “ Gak papa, tapi jangan kelamaan pake jeansnya.. bisa telat nikah nanti hiiii “
     “ Telat Nikah ? yee..apa hubungannya… “
     Mendengar kata nikah, Anita tersenyum lucu. Abangnya memang sering kampanye nikah dini di depan bapak-ibu mereka. Tapi bagi Nita, yang baru setahun melepas baju seragamnya, kata nikah masih sangat asing. Namun ia masih inget benar pesan Mbak Hana,
     " dik Nita kalau mau nikah, nggak perlu tunggu Mbak Hana yach ? Tapi syaratnya, harus cari calon suami yang sholeh, rajin sholat, rajin ngaji, aktifis masjid diutamakan, trus bla..bla…."

     Panjang lebar Mbak Hana menasehati Anita tentang calon suami yang ideal. Mendadak hati Anita teringat sebuah sosok seniornya yang dikaguminya beberapa hari ini. “ Mungkin nggak ya aku yang slebor ini jadi istrinya nanti”, tanya Anita dalam hati, penuh semangat. Namun buru-buru Anita tersadar, ia tidak mau jadi pungguk yang merindukan bulan. Lagian, menurutnya, Mbak Hana jelas lebih serasi jika dipasangkan dengan sosok yang dikaguminya itu.

******************

     Sudut ruang ICU rumah sakit islam itu tampak lenggang.
     Hanya sesekali satu dua perawat lewat menyapu pandangan.
     Anita dan Heru duduk terpekur di ruang khusus penjenguk.
     Mata bening Anita masih sembab, sudah satu jam ini airmatanya tak pernah berhenti terisak.
     Heru terlihat lebih tabah, mushaf AlQuran di tangannya membantu pikirannya tertata lebih jernih.

     Mereka berdua sedih dan bingung. Siang tadi, Pak Hendra, ayah mereka tercinta masuk rumah sakit.        Penyakit jantung koronernya kambuh, dan harus segera di operasi.
Padahal, ayah mereka sudah lama juga menderita diabetes. Kata dokter, kemungkinan sembuh paska operasi bagi penderiata diabetes sangat kecil.

     Namun yang membuat mereka bingung bukan cuma pernyataan dokter tersebut. Ayah mereka tercinta, saat siuman beberapa jam yang lalu, mempunyai sebuah permintaan terahir yang sangat membingungkan mereka semua.
     " Ibu.. Bapak ngerasa penyakit bapak sudah sangat parah, mungkin sebentar lagi

     Bapak akan meninggalkan ibu dan anak-anak semua. Sebelum Bapak pergi, bapak ada satu permintaan… ", bisik Pak Hendra pada istrinya, pelan dan lemah.
     " Apa pak, ucapkan permintaan Bapak, saya dan anak-anak pasti akan memenuhinya… Apa yang bapak inginkan …", jawab bu Hendra dengan suara terisak. Matanya lembab berkaca-kaca.
     " Sebelum meninggal, Bapak ingin menikahkan Anita terlebih dahulu. Bapak ingin melihat Anita menikah, di dampingi suaminya, siapapun dia. Anita anak perempuan kita satu-satunya, bapak belum tenang jika ia belum menikah. Bukankah ini perintah agama bagi setiap ayah, untuk menikahkan putrinya Bu..? ", Pak Hendra menjelaskan permintaan terakhirnya. Wajahnya terlihat sangat berharap.

     Anita dan Heru bingung, esok lusa ayahnya akan dioperasi. Berarti sebelum itu, Anita harus sudah nikah, sebagaimana permintaan terakhir ayahandanya tercinta. Anita sangat ingin membahagiakan ayahnya, tapi mungkinkah ? Ia belum punya gambaran tentang pernikahan, rumah tangga, bagaimana menjadi istri yang baik, atau bahkan bagaimana ketika hamil dan harus menjadi seorang ibu ?.

     Hiii..Anita menutup wajahnya penuh kengerian. Terbayang ejekan nakal kakaknya, Heru, saat ia mencoba bikin eksperimen telor dadar di dapur. sudah bisa ditebak, gosong. Telur dadar ‘afrika’ bikinan Anita harus dikorbankan untuk menemani sisa-sisa sampah di tempat pembuangan. Terbayang pula koleksi boneka barbienya yang menggunung, komik-komik petualangan Tintin, Asterix, Lucky Luke, sampai Sailormoon yang tersimpan rapi di perpustakaan mininya. ia mengucapkan selamat tinggal pada semua harta karunnya itu ?. lagi dengan boneka gorilla setengah meter, hadiah dari pamannya yang S2 di Aussie.
suaminya nggak cemburu kalau harus seranjang bertiga dengan gorilla ?

    Satu pertanyaan yang harus di jawab lagi , dengan siapa Anita akan menikah ? Bu Hendra, Heru, dan Anita sendiri tentu kalang kabut dengan permintaan mendesak dari Pak Hendra, orang yang paling mereka cintai. Bagaimana dengan mantan pacar Anita ? Wow ! jumlahnya selusin ! Untuk menyeleksinya pun diperlukan waktu lebih dari seminggu. Itu berarti terlambat, karena waktu operasi tinggal esok lusa.

     Di luar kamar perawatan, bu Hendra dan kedua anaknya masih membahas masalah pelik ini. Pernikahan bukan urusan sembarangan. Susah mencari pasangan buat si kecil Anita, yang sebagian besar malam-malamnya dihabiskan di kamar tidur ibunya!

     “ Bagaimana jika dengan Roni, mantanmu saat baru masuk SMU dulu ? Surat-surat cintanya kan masih kamu simpen rapi di lemarimu kan ? Itu berarti kamu masih cinta ya sama dia. Lagi pula, ayahmu kan nggak mempermasalahkan dengan siapa. Yang penting kamu nikah besok lusa !
     “, bu Hendra mulai mengusulkan sebuah nama di masa lalu Anita.

     “ Apaa ? Roni mah ? Nggak mau. Dia tuh masih anak mama banget. Jangankan nikah, tidur aja masih susah sebelum dinina bobokin sama mamanya ..
     ” , Anita memrotes usulan mamanya.

     “ Ya udah, kalau sama Mas Bayu aja ya, putranya pak dhemu yang di Jogja. Dia kan baru lulus kuliah, sekarang mungkin udah kerja di perusahaannya pak Dhe. simpatik lho, ramah, khas orang kratonan deh !
      “, Bu Hendra mempromosikan putra tertua kakaknya yang di Jogja.

     “ Mas Bayu ? Ogah mah, Nita masih dendam.. waktu kecil kan Nita pernah diketapel sama dia. Lagian, terlalu banyak perbedaanya mah, Nita kan suka pop, kalau mas Bayu dari dulu kan penggemar kroncong ! Belum lagi kalau ada acara-acara di kraton, nggak mungkin kan putri cantikmu ini disuruh pakai jarit dan kebaya khas pesinden ? Norak banget Mah… pokoknya enggak deh !
    “, Anita teguh menolak tawaran ibunya.

     Bu Hendro menyerah, giliran Heru mencoba memberi solusi. Tapi ia juga kehabisan ide.
Teman-temannya di masjid ? Mana mungkin mereka mau. Melihat cewek berjilbab seleher saja mereka sudah apatis, bagaimana lagi jika di tambah dengan celana jeans !. Merasa putus asa, iseng-iseng Heru menawarkan teman sejurusannya.
    “ Nita, berminat nggak sama si Anjas, temen sekelas kakak ! “

     Bola mata Anita sempat melebar. Mungkin ia merasa tidak menginjak bumi lagi. “ Waaaw, yang bener Kak ? Nggak kuku deh ! Anjasmara sang Pangeran Kampus yang pemain sinetron itu kan ? Horee… mau doong ! Siapa tahu Nita juga bisa nebeng tenar, itung-itung investasi pengalaman buat jadi bintang film kaan. Eh..tapi…
     “ “ Tapi apa Nita ? “, kakaknya bertanya heran.
     “ Tapi apa mungkin kak ? Anjas kan di jaga ketat sama tiga bidadarinya yang cantik-cantik.
Mana mungkin Nita bisa menang bersaing dengan mereka yang serba lebih dan wah. Ogah ah, Nita nggak mau kalah secara memalukan. “

     Permasalahan belum usai, Anita masih gamang menentukan pilihan. Tak ada yang diminati dari nama-nama yang ditawarkan mamah dan abangnya. Sampai akhirnya Anita berterus terang tentang sosok yang dikaguminya itu.

     “ Bang Heru, boleh nggak Anita terus terang. Anita sebenarnya suka sama temennya mas Heru….eeng…”, agak malu-malu Anita mengungkapkan perasaannya.

     “ Temen mas Heru, siapa ? yang dimana ? di kampus, di BEM, atau yang di masjid Kampus ? Boleh..boleh, sebutin aja Nita. Abang pasti akan melobinya sekuat tenaga. Ini demi papa kan ? “. Heru terus membujuk adik tersayangnya.

     “ Kalau boleh milih, eeng… Anita mau nikah sama Bang Harun, temen kakak yang aktifis masjid kampus itu lho, yang berjenggot tipis, yang kalau suka nunduk, yang pekan kemarin ngisi di kajian muslimah kampus itu lho kak !”, panjang lebar Anita menyebutkan ciri-ciri sosok yang dikaguminya itu.
Kini giliran Heru yang terperangah hebat. Ibunya tentu lebih merasa heran lagi. Siapa pula yang dikagumi putri satu-satunya itu.

     “ Maksud Nita, Harun Rasyid ? Ketua Masjid Kampus yang asal Padang itu ? Apa kakak nggak salah denger ? “

     “ Bener Kak, Nita mau kok jadi istri Bang Harun. Emang kenapa Kak ? “ , tanya Anita polos.
Yang ditanya diam tak bersuara.

     Heru semakin pusing. Ia sangat kenal dekat dengan sosok yang dikagumi adiknya itu.
mungkinkah ? Harun Rasyid, Ketua Masjid Kampus yang hafal 15 juz Quran, yang bertahuntahun malang melintang di belantara dakwah kampus, bersanding dengan Anita, adiknya yang baru seminggu memakai jilbab dan baru lancar baca juz amma ?

     Semoga masih ada harapan, bisik Heru dalam hati. Atas nama ukhuwah dan persahabatan Heru akan meminta Harun Rasyid menjadi adik iparnya. Meski itu tampak sulit bagi Heru.. Baru sepekan lalu ia mendengar dari seorang temannya, ada seorang akhwat tingkat akhir yang nekat ‘melamar’ ketua masjid kampus itu, tapi oleh Harun lamaran itu ditolaknya dengan halus. Akhwat tingkat akhir saja di tolak, lalu bagaimana dengan Anita, adiknya yang slebor ?

     Pagi harinya, di temaram hangat pekarangan masjid kampus, Heru memberanikan diri untuk bertemu Harun Rasyid. Ia berharap sahabatnya itu mau membantu persoalannya.

     “ Apa ? menikah dengan adik antum ? Besok pagi ? Antum nggak sedang bercanda kan Her ?”, Harun terperanjat dengan permintaan aneh sahabatnya.
     “ Please Akhi, tolong lah kami sekeluarga. Antum tahu permasalahannya memang begitu mendesak … Anita sendiri yang menyebut nama antum.Dia mau antum jadi suaminya ..
     ”, Wajah Heru terlihat memelas. Harun juga mulai berkeringat.

     “ Tapi Her, skripsiku kan belum selesai, aku juga belum bilang sama ortuku di kampung, belum lagi ustadz Hamzah, baru kemarin ana ditanya sama beliau soal nikah.

     Dan ana menjawab belum siap, bagaimana mungkin sekarang ana mau minta izin soal nikah sama beliau ? Her..nggak mungkin Her… “

     Heru masih gigih, ia belum menyerah. Berbagai alasan dan bujukan ia tawarkan pada sahabatnya itu, agar bersedia menikahi adik kecilnya. Sampai akhirnya Harun terpaksa menyerah.

     “ Aku akan sholat istikhoroh malam ini…. Besok pagi keputusannya. Ini karena antum sahabat dekatku Her… “

***********************

     Hari baru menjelang, keesokan harinya, pernikahan yang sederhana dilaksanakan. Tak banyak tamu yang datang, mengingat ruangan perawatan cukup sempit menampung banyak orang.
Syahdu memang, Anita menangis terisak, apalagi mengingat penyakit ayahnya yang hampir divonis dokter susah disembuhkan.

     Orang tua Harun jelas tak bisa datang, mereka hanya menelpon dari seberang.
     Beberapa teman Heru di masjid kampus datang, menyaksikan perhelatan yang cukup mencengangkan bagi mereka semua.

     Pekan demi pekan berlalu. Kondisi pak Hendra paska operasi berangsur-angsur membaik. Kata dokter ini kasus yang sangat jarang terjadi, bisa dibilang sebagai anugerah Allah bagi keluarga Pak Hendra. Tentu saja semua menyambut gembira. Tapi tidak dengan Heru dan Anita, keluarga baru mereka mempunyai banyak cerita.

     “ Dik Nita, kapan ngajinya .. udah hampir maghrib nih. Tadi janjinya mau ngaji sebelum maghrib khan ? “
     “ Ntar dulu doong kaaak, Nita masih asyik nih. Acara kartun Tom and Jerry nya kan belum abis. Trus, habis ini kan ada siaran langsung seleksi AFI. Nita musti nonton kak, besok di kampus biar nggak tulalit di depan temanteman.. “

     “ Dik Nita, jilbab gedenya kapan di pakainya ? celana jeansnya di jual aja ya dee ? “

     “ Yaaah kakaaak, kok nggak ngerti mode sih. Tahu si cantik Inneke Koesherawati nggak Kak ? itu kan model jilbabnya persis banget sama yang adek pake. Celana jeans ? sayang banget lo kak, kan belum kekecilan… “

     “ Dik Nita, kaset rekaman nasyid punya kakak di taruh di mana ya ? “

     “ Loh..itu punya kakak tho, maaf ya kak..tadi buat adek ngrekam lagu terbarunya Dewa dari radio. Soalnya tadi cepet-cepet banget …”

     “ Dik Nita, kok tadi salaman sama cowok di kampus. Siapa itu ? Trus kemarin sore ditelpon cowok sepuluh menit, siapa lagi tuh ? Kakak cemburu berat nih.. “

     “ Yee..kakak possesive banget ! Pak Kyai aja salaman sama artis, nggak ada yang protes. Trus yang nelpon kemarin kan si Ipunk, teman adek sejak SMU, dia tuh kemarin curhat soal pacarnya yang nggak setia, trus dia juga mau tukeran komik Kungfu Boy edisi terbaru …”

******************

      Bulan demi bulan berlalu. Bahtera keluarga unik Harun dan Anita masih terus berlabuh. Ketua Masjid Kampus itu masih gigih berusaha mengubah istri tercintanya agar lebih dewasa.

      Sesekali Heru juga ikut memarahi adiknya yang masih bandel dan slebor itu. Hati Anita memang masih diliputi kemanjaan dan kebimbingan. Sampai suatu ketika di pagi hari, Anita muntah-muntah, perutnya terasa mulas. Ada yang baru dalam rahimnya.

     “ Kak Harun, Anita pengin kayak ummahat, malu sama si kecil. Anita akan pake jilbab yang rapi. Anita akan sering tilwah, Anita mau rutin almatsurot, tahajud, sholat dhuha, puasa sunah….”. Suaminya masih diam mendengarkan.

     “ Kak , Anita nggak mau bikin kakak gelisah lagi.Anita gak akan males pergi kajian lagi, Anita gak akan sering nonton tv lagi, nggak akan muter kasetkaset Anita yang dulu, Anita nggak mau lagi kok salaman sama temen cowok Anita. Anita janji akan…bla..bla..bla… kakak percaya kan ? “
     Harun tidak menjawab. Tiba-tiba ia berlalu pergi dari hadapan Anita.
Ia menghilang cepat. Badannya bersimpuh, kepalanya tersungkur di sudut mushola rumah. Bersujud penuh syukur.


Sumber: kumpulan cerpen ustadz hatta

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...